Organisasi masyarakat terbesar kemarin merayakan ultah ke-100 tahun di Sidoarjo. Dihadiri oleh Presiden dan seluruh petinggi pemerintahan dan tokoh-tokoh berpengaruh. Estimasi lebih dari 1 juta masyarakat ikut meramaikan acara ini.
Mengapa NU bisa eksis sampai sekarang? Tidak seperti Ormas lain yang bersikap premanisme dan kurang toleran, akhirnya terpaksa dibubarkan pemerintah?
Ini semua karena NU punya semangat solidaritas tinggi dalam keberagaman. Tokoh yang paling saya kagumi adalah Gus Dur, sangat menghargai kami sebagai kaum dobel minoritas, sudah tionghoa, kristen lagi. Tanpa beliau mungkin saat ini Indonesia tidak lagi berpegang pada Pancasila sebagai dasar negara.
Dalam perusahaan juga sangat nyata keberagaman itu! Karyawan bisa berasal dari golongan mampu maupun kurang beruntung. Dari pendidikan yang tidak tamat sekolah, hingga sarjana. Dari beragam etnis dan agama, semuanya ada. Tapi apa keberagaman ini menjadi halangan, atau malah jadi kekuatan untuk maju?
Kantor kami memiliki prinsip nilai DIVERSITY yang dibacakan tiap hari secara lantang oleh semua staf. “Keberagaman adalah jiwa saya, tidak ada minoritas-mayoritas, tidak ada kaya-miskin, tidak ada pandai-bodoh, yang ada di sini hanyalah SLC-Connectizen”.
Dalam setiap pelatihan yang kami berikan ke klien. Tidak pandang bulu dia seorang Manager atau Direktur sekalipun. Saat acara Ice Breaking akan kami perlakukan mereka semua sama, setara tidak ada perbedaan, agar Gap Otoritas itu bisa dikaburkan. Inilah teknik yang bisa menyatukan keberagaman.
Keep Stupid to Sail Forward,
DSW