Facebook Tag Pixel

3 Kesalahan Fatal dalam Memuji Karyawan

Oleh: Bagas Pranowo Handonowarih

Business Analyst, Specialized in People Development

SLC MARKETING, INC.

 

Banyak yang mengatakan bahwa memuji orang dapat meningkatkan motivasi mereka. Beberapa orang bahkan merasa wajib untuk memuji orang lain di setiap kesempatan yang mereka temui. Itulah sebabnya banyak literatur, artikel bisnis, dan tips-tips bisnis yang menyarankan untuk sering memberi pujian pada karyawan untuk meningkatkan motivasi kerja mereka. Namun, pernahkah Anda menyadari bahwa dibalik akibat-akibat positif yang bisa dihasilkan dari memuji karyawan Anda, ada bahaya yang dapat menjadi kontraindikasi dari tindakan ini jika tidak dilakukan dengan benar. Ada 5 kesalahan yang umumnya dilakukan seorang atasan saat memuji karyawannya.

  1. Memuji Bakat, bukan Kerja Keras

Sering kita dengar cerita tentang seorang karyawan berbakat yang tiba-tiba datang, membawa ide-ide cemerlang dan mencetak segudang prestasi. Umumnya atasan akan segera memberi banyak pujian pada karyawan baru ini. Tak ketinggalan, karena personality yang bagus, rekan-rekan kerja pun banyak yang memuji bakatnya yang membawa perubahan pada perusahaan. Namun, seiring berjalannya waktu, karyawan baru ini mulai berubah. Yang tadinya banyak memberi ide, banyak memberi saran perbaikan, tiba-tiba mulai menjadi lebih pasif, lebih banyak diam, dan lebih memilih menenggelamkan diri dalam pekerjaan-pekerjaan rutin.

Ternyata, satu studi yang dilakukan oleh Dweck (2006) bercerita mengenai kasus yang mirip. Dua kelompok murid sekolah usia remaja dihadapkan pada soal tes IQ yang cukup mudah. Setelah selesai mengerjakan soal dan mendapat nilai yang bagus, kelompok pertama didekati oleh tim peneliti dan diberikan pujian, “wow, nilaimu bagus. kamu pasti anak yang pintar ya di sekolah.” Sedangkan kelompok kedua diberikan pujian, “wow, nilaimu bagus. pasti kamu kerja keras ya mengerjakan soal-soalnya.” Hanya berbeda pada penekannya saja. Kelompok pertama diberi pujian yang menekankan pada bakat mereka, kelompok kedua diberi pujian pada kerja keras mereka. Anehnya, ketika peneliti memberi pilihan pada mereka apakah mereka mau mengerjakan soal lain yang lebih sulit atau mengerjakan soal dengan tingkat kesulitan yang sama, kelompok pertama lebih memilih soal dengan tingkat kesulitan yang sama. Kelompok kedua, lebih memilih soal dengan tingkat kesulitan yang lebih tinggi. Bagi murid-murid dalam kelompok pertama, mengerjakan soal yang mudah bagi mereka dan berhasil melakukannya akan membuat orang lain memuji mereka sebagai murid yang pintar, murid yang berbakat. Jika mereka tidak berhasil menjawab soal dengan benar, maka mereka bukan murid yang pintar.

Berbeda dengan murid-murid dari kelompok kedua. Setelah berhasil mengerjakan soal yang mudah, mereka semakin tertantang untuk mencoba mengerjakan soal yang sulit. Mereka harus berpikir lebih keras, tentu saja, dan banyak di antaranya tidak menjawab pertanyaan dengan benar. Namun, bagi mereka membuat kesalahan bukan akhir dari segalanya. Mereka jadi bersemangat saat belajar cara menjawab soal yang lebih sulit sehingga lama-kelamaan mereka mampu menjawab dengan benar. Mereka tidak takut dicap sebagai murid yang tidak pintar atau tidak berbakat karena bagi mereka kerja keras lah yang lebih penting.

 

  1. Membesarkan Hati, tanpa Memberi Arahan

Saat karyawan membuat kesalahan, naluri pertama dari atasan adalah langsung menegur karyawan tersebut. Ini adalah cara yang lumrah untuk dilakukan. Namun ada beberapa pimpinan yang merasa bahwa daripada karyawan ditegur lalu mengalami demotivasi, maka mereka memutuskan untuk membesarkan hati karyawannya saja. Kemudian berkata bahwa setiap orang bisa membuat kesalahan. Kedua cara ini dapat membawa dampak positif, dapat pula membawa dampak yang negatif. Menegur dengan keras dapat dilakukan, asal kita mengetahui secara persis mengapa kesalahan ini bisa terjadi

Pertama-tama, tanyakan pada karyawan, perbuatan apa yang dia lakukan yang menjadi penyebab kesalahan ini terjadi. Dengan bertanya demikian, Anda mengunci kemungkinan karyawan Anda menyalahkan keadaan atau hal-hal yang di luar kendali. Kemudian, Anda bisa tanyakan lagi, perbuatan apa yang harus berhenti mereka lakukan agar kesalahan ini tidak terulang. Pertanyaan ini mengarahkan karyawan agar belajar dari kesalahan yang telah mereka lakukan dan tidak mengulangi  lagi perbuatan (hal yang dapat mereka kendalikan) tersebut. Jangan pernah tinggalkan karyawan Anda setelah menegur mereka, apalagi sebelum melakukan tiga langkah tersebut, yakni memahami permasalahan secara komprehensif, minta karyawan mengidentifikasi perbuatan apa yang mereka lakukan yang membuat kesalahan ini terjadi, serta perbuatan apa saja yang bisa mulai berhenti mereka lakukan untuk menghindari kesalahan yang sama terulang kembali

  1. Memuji, lalu Meninggalkan

Menjadi karyawan yang mandiri sehingga dapat mengerjakan tugas-tugas yang didelegasikan kepadanya secara berkelanjutan adalah tujuan setiap atasan. Sulit sekali membuat perencanaan strategis jangka panjang apabila kita masih harus selalu memonitor kinerja karyawan dan merasa was-was terhadap kesalahan yang mungkin mereka lakukan. Maka, ketika karyawan melakukan pekerjaan dengan baik, kita memberikan penghargaan dan pujian, mengira mereka telah siap untuk mandiri tanpa perlu kita dampingi lagi. Padahal, beberapa kali mengerjakan tugas dengan baik, belum tentu membuktikan bahwa karyawan Anda siap untuk mendapat pendelegasian. Cara paling mudah untuk mengetahui apakah karyawan Anda siap untuk mendapat pendelegasian suatu tugas dari Anda adalah dengan meminta mereka mengerjakan tugas tanpa deadline. Jika mereka tetap mengerjakan tugas ini dengan penuh komitmen dan menyelesaikannya dengan baik, maka mereka siap mendapatkan pendelegasian tugas dari Anda.

 

Menjadi atasan bukanlah tentang mempertahankan posisi Anda tetap di atas dengan cara berusaha mendapatkan respect dari karyawan Anda. Melainkan bagaimana Anda terus belajar, memperbaiki diri, dan mengembangkan usaha hingga semakin maju dan mengajak serta karyawan Anda ikut menikmati kesuksesan tersebut. Jika karyawan melihat Anda sebagai sosok yang mampu mengembangkan diri mereka untuk meraih kesuksesan, dengan sendirinya mereka akan respect pada Anda dan akan mendukung setiap kebijakan yang Anda buat. Untuk mendapatkan bantuan konsultasi lebih mendalam mengenai seluk-beluk kepemimpinan dan strategi pengembangan karyawan, sekarang juga, Tim Konsultan kami siap membantu perusahaan Anda.

Share Via:

WhatsApp
Facebook
Twitter
LinkedIn
Banner Vertical 600x840 Podcast

Artikel Lainnya:

Riset & Inovasi: Pondasi Keberhasilan dalam Industri Handphone yang Dinamis

Strategi Berbasis Riset: Kunci Keberlanjutan dan Pertumbuhan Bisnis Kuliner

Pentingnya Product-Testing Research (Penelitian Pengujian Produk) bagi Bisnis Keluarga