Oleh:
Adi Kurniawan Yusup, S.E
Senior Business Analyst, Specialized in Marketing and Financial Metrics
SLC MARKETING, INC.
Setiap perusahaan tentunya menginginkan agar perusahaannya terus berkembang. Oleh karena itu, peluang investasi yang baik akan selalu dimanfaatkan untuk mengembangkan perusahaan tersebut. Contoh: perusahaan X merupakan perusahaan yang berdomisili di Surabaya namun permintaan di kota Jakarta terus meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa peluang pasar di Jakarta begitu besar sehingga untuk mengembangkan bisnisnya, perusahaan ini mulai membuka cabang di Jakarta. Tentunya, investasi mengeluarkan dana yang tidak sedikit. Lalu, apakah yang menentukan sukses tidaknya investasi? Dari segi marketing metrics, salah satu indikator yang sering digunakan untuk mengukur keberhasilan investasi adalah Return on Investment (ROI). Return on Investment merupakan tingkat pengembalian atas biaya investasi yang dikeluarkan. ROI dapat dihitung dengan membagi antara total peningkatan pendapatan (incremental revenue) dengan total biaya investasi yang dikeluarkan.
Akan tetapi, divisi pemasaran seringkali menganggap bahwa ROI merupakan output dari kegiatan atau program yang dilakukan sehingga menghitung ROI hanyalah digunakan untuk kebutuhan pelaporan. Padahal, perusahaan seharusnya melakukan ROI planning terlebih dahulu agar investasi perusahaan mampu menghasilkan profit yang lebih besar. Hal ini disebabkan karena manajemen telah memiliki target sehingga segala keputusan yang hendak dilakukan didasarkan pada target yang akan dicapai. “Perusahaan yang baik bukan hanya fokus untuk membuktikan atau menghitung ROI melainkan fokus untuk meningkatkan ROI”
Lalu, bagaimanakah cara untuk melakukan perencanaan ROI sehingga perusahaan Anda mampu memperoleh profit semaksimal mungkin?
Gambar : Aktivitas dalam ROI Planning
Langkah pertama adalah menetapkan target dan estimasi ROI. Manajemen perlu untuk menghitung terlebih dahulu keseluruhan biaya yang dibutuhkan dalam investasi yang akan dilakukan. Proses ini dinamakan proses budgeting. Setelah mengetahui biaya yang akan dikeluarkan, perusahaan menentukan dampak yang ingin dicapai dari program tersebut. Ada baiknya, perusahaan menetapkan KPI untuk tiap program pemasaran. Contoh: perusahaan ABC mengikuti pameran internasional di Jepang. Perusahaan ini menetapkan KPI keberhasilannya antara lain: omset di atas 100 juta, banyak pelanggan baru 20 orang, banyak leads 100 orang, dll. Setelah itu, perusahaan mulai memperkirakan ROI dengan tiga skenario yaitu: best case, expected case dan worst case.
Ketika ROI direncanakan terlebih dahulu, maka perusahaan tidak akan melihat investasi dari sudut pandang berapa biaya yang dikeluarkan melainkan berapa benefit yang akan diperoleh dari investasi tersebut. Melakukan perencanaan ROI akan membantu perusahaan dalam mengidentifikasi penggerak keuntungan utama, melakukan “what if analysis” untuk mengetahui variabel mana yang kira-kira dapat meningkatkan profitabilitas dan menentukan target penjualan yang akan dicapai. ROI yang sederhana minimal terdiri atas beberapa indikator berikut ini yaitu:
- Berapa penambahan penjualan yang diperoleh?
- Berapa pendapatan yang diperoleh dari tiap penjualan?
- Persentase laba kotor
- Total investasi marketing dan penjualan
Setelah itu, langkah kedua yang perlu dilakukan adalah menentukan pengukuran dan membuat seluruh aspek kegiatan marketing dapat diukur. Sebagai contoh adalah keramaian pengunjung dapat diukur dengan banyak pengunjung yang mengunjungi stand saat pameran. Seluruh data yang dibutuhkan akhirnya harus dikumpulkan dan dapat dijadikan referensi untuk program berikutnya. Langkah terakhir yaitu langkah ketiga adalah fokus terhadap keputusan-keputusan yang meningkatkan pemasaran. Segala keputusan yang dibuat oleh manajer bukan lagi berdasarkan insting atau perasaan melainkan berdasarkan data dan target.
Bagaimanakah dengan perusahaan Anda? Jika Anda ingin mengetahui lebih lanjut terkait ROI dan aplikasinya dalam bisnis Anda, segera hubungi SLC MARKETING, INC, tim kami siap membantu Anda!