By Bagas Pranowo Handonowarih
Business Analyst, Specialized in People Development
SLC MARKETING, INC.
Sebagai pimpinan perusahaan, sudah sepantasnya jika segala instruksi Anda dipatuhi oleh seluruh karyawan agar roda operasional perusahaan dapat berjalan dengan baik dan perusahaan dapat berkembang dengan maksimal. Ada dua pendekatan dalam melihat dan menilai perilaku karyawan di kantor. Pandangan pertama menyatakan bahwa karyawan sesungguhnya punya sifat yang baik, hanya kadang karena adanya godaan atau situasi yang tidak menguntungkan akhirnya membuat pelanggaran. Kedua, yakni karyawan memang pada dasarnya punya potensi untuk melakukan pelanggaran, sehingga pimpinan harus selalu melakukan kontrol. Sebenarnya dua pandangan ini sama-sama benar, kita tidak bisa terlalu percaya kepada karyawan, pun juga tidak bisa terlalu mengontrol.
Solusinya adalah menjadi seorang figur otoritas. Figur otoritas adalah siapapun yang perkataannya selalu didengar. Dimana perkataan tersebut dapat membuat pendengar menjalani hidup yang berbeda sama sekali. Sebagai contoh, kita ditanya oleh teman kita, dimana restoran paling enak di kota kita? Lalu kita tunjuk satu restoran. Ternyata benar, teman kita merasa makanan di restoran tersebut memang enak. Kita sudah menjadi figur otoritas di mata teman kita. Lain kali jika teman kita mencari tempat makan yang enak lagi, pasti kita yang ada di top of mind mereka.
Maka saat di perusahaan, salah satu cara agar karyawan loyal dengan kita dan selalu dengan senang hati melaksanakan instruksi dari kita adalah dengan cara menjadi figur otoritas. Ada tiga langkah mudah yang bisa Anda lakukan untuk menjadi seorang figur otoritas bagi karyawan Anda. Prinsipnya adalah membangun trust kepada karyawan. Jadi setelah Anda lakukan ketiga langkah ini, jangan sampai Anda melakukan yang berkebalikan dengan langkah-langkah yang telah Anda lakukan. 3 langkah tersebut dimulai dari:
- Tahu secara pasti motivasi terbesar dalam hidup mereka
Pastinya sebagai pimpinan, Anda adalah orang yang paling sering bersama karyawan Anda di kantor. Luangkan waktu untuk ‘curi-curi’ database pribadi mereka seperti hobi mereka, jumlah anggota keluarga, latar belakang pendidikan, pandangan politik, apa yang jadi motivasi terbesar dalam hidup mereka, cita-cita, dan tokoh yang jadi panutan mereka. Sepertinya ribet sekali ya? Namun memang ada harga yang harus dibayar untuk ‘membeli’ kepercayaan orang dan itu bukanlah harga yang murah. Untuk mempermudah Anda melakukan langkah kepo-kepo ini, ikuti saja update-update yang mereka lakukan di media sosial.
Rata-rata pengguna media sosial selalu melakukan posting konten-konten yang mereka sukai atau yang bagi mereka bermanfaat. Amati apa yang sering mereka bagikan di media sosial. Jika mereka sering berbagi foto dengan teman-teman, maka karyawan ini tipe orang yang menganggap bahwa relationship lah yang paling penting dalam hidup ini. Jika mereka lebih sering membagikan konten-konten keilmuan atau tips & trick, artinya karyawan ini adalah tipe karyawan yang selalu ingin hal-hal yang lebih baik atau selalu mengejar peningkatan dalam hidupnya. So, ketika Anda sudah tahu apa motivasi terbesar dalam hidup mereka, Anda bisa lakukan langkah selanjutnya
- Ciptakan rasa aman saat berbicara dengan Anda
Mungkin dari pencarian fakta di atas, ada beberapa fakta dari karyawan yang tidak kita sukai. Itu wajar mengingat manusia selalu punya kelebihan dan kekurangan. Hal yang perlu Anda lakukan hanyalah memaklumi dan menyimpannya dalam memori sebagai antisipasi. Ingat, jangan pernah mengkritisi fakta buruk dari karyawan kita secara terbuka, karena hal tersebut hanya akan membuat mereka bersifat defensif dan jadi lebih tertutup kepada Anda. Sebaliknya, Anda bisa menanyakan saja pendapat mereka terhadap berbagai fakta yang Anda temukan tentang diri mereka, sehingga Anda tahu mengapa mereka bersikap atau berpikir demikian.
Contoh, Anda tidak suka karyawan Anda merokok, alih-alih mengkritisi kebiasaan merokok ini, tanyakan alasan mereka merokok. Apa latar belakangnya? Dimulai sejak kapan kebiasaan ini? Siapa pencetusnya? Dan bagaimana tanggapan orang-orang di sekitar mereka terhadap kebiasaan ini. Sehingga pertanyaan-pertanyaan ini tanpa sadar membuat karyawan Anda jadi bercerita banyak terhadap diri mereka sehingga terbangun rasa aman saat berbicara dengan Anda. Anda pun juga harus mengimbangi cerita mereka dengan cerita Anda. Jangan sampai Anda mengharapkan karyawan Anda terbuka pada Anda, tapi Anda tidak terbuka pada mereka.
Sama seperti dalam social media marketing, rumus yang bisa Anda gunakan dalam melakukan langkah ini adalah 3:1. Tiga pertanyaan tentang diri karyawan Anda, dan satu pernyataan tentang diri Anda. Untuk teknik membangun percakapan ke tingkat yang lebih dalam, ada pada artikel dengan judul Building Customer Relationship To The Next Level. Intinya adalah membangun rasa aman bertujuan agar karyawan jadi lebih terbuka terhadap Anda sehingga ide-ide, kritik-kritik, bahkan celah terjadinya kecurangan dalam perusahaan bisa mereka sampaikan kepada Anda, tanpa adanya resiko penolakan. Bukan berarti bahwa Anda harus menerima setiap masukan dari karyawan, namun lebih kepada menguji bersama-sama masukan tersebut apakah benar berguna bagi perusahaan atau tidak. Lakukan pengujian dalam skala kecil terlebih dahulu, untuk kemudian dijadikan satu kebijakan. Jika ternyata hasil pengujian Anda dan karyawan gagal, jangan menyalahkan karyawan Anda atau menyatakan bahwa ide mereka salah, namun terlibatlah dengan diskusi dua arah, mengapa ide mereka belum dapat diterapkan dan langkah-langkah apa yang dilakukan agar ide tersebut dapat dijalankan.
- Membantu mereka mencapai prestasi terbaik di kantor
Pandangan yang menyatakan bahwa kita harus mempekerjakan karyawan semaksimal mungkin dengan kompensasi serendah mungkin sudah tidak sesuai lagi di era disrupsi ini. Karyawan yang tidak puas dengan kinerjanya sendiri memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk keluar daripada karyawan yang puas dengan kinerjanya. Untuk itu, selalu pantau perkembangan mereka dalam menyelesaikan tugas-tugas mereka baik tugas-tugas yang sudah jadi rutinitas atau tugas-tugas yang bagi mereka adalah hal yang baru. Panduan cara memantau kinerja karyawan dapat Anda baca pada Book Review : Leadership and The One Minute.
Layaknya anak sekolah, yang jadi tolak ukur prestasi mereka adalah nilai rapor yang mana ada beberapa komponen yakni ujian akhir, ujian tengah semester, ujian praktek dan sebagainya. Dalam dunia kerja kita mengenal istilah target, capaian, KPI, dan indeks prestasi – indeks prestasi lainnya. Sering-seringlah ajak karyawan Anda untuk berdiskusi terkait poin-poin dalam KPI mereka atau target-target mereka sehingga Anda tahu permasalahan dan level komitmen karyawan Anda dalam mencapai target.
Beri tips hanya jika Anda diminta, lebih banyaklah gali ide dari karyawan Anda. Ingat, rasio 3:1. Tiga kali Anda dengarkan ide dari karyawan Anda dan satu kali Anda berikan ide Anda. Itu pun jika diminta. Kemudian ketika mereka pada akhirnya berhasil membuat pencapaian sesuai target, jangan lupa puji mereka atas kerja keras yang mereka lakukan. Jangan memuji karakter mereka. Alih-alih Anda berkata, “wah kamu pintar ya, bisa mengerjakan tugas ini dengan baik.” Pujilah kerja keras mereka, “Good job! Ngga percuma ya kamu kemarin kerja sampai lembur-lembur. Akhirnya terbayar lunas semuanya.”
Demikian tips menjadi figur otoritas bagi karyawan Anda. Jika ingin berdiskusi lebih lanjut tentang penerapannya, hubungi tim SLC Marketing INC,.