Facebook Tag Pixel

9 Dosa Mematikan Dalam Membangun Bisnis /Start-up

9 Dosa Mematikan Dalam Membangun Business/Start-up. Bisnis Star-up stuck? Tidak berkembang apalagi maju? Pastikan Anda tidak melakukan “9 Deadly Sins” terlarang berikut. Apa saja deadly sins yang dimaksud? Kondisi awal StartUp yang banyak
berhadapan dengan ketidakpastian, memungkinkan banyak kesalahan yang dilakukan. Simak rangkuman dari kami.

Sebenarnya, apa itu startup? dan apa hubungannya dengan 9 deadly sins?

Menurut startups.com, Startup adalah Usaha kewirausahaan yang biasanya dimulai oleh 1-3 pendiri yang biasanya berada pada tahap awal perkembangannya berfokus pada memanfaatkan permintaan pasar yang dirasakan dengan mengembangkan produk, layanan, atau platform yang layak

Kondisi awal StartUp yang banyak berhadapan dengan ketidakpastian, memungkinkan banyak kesalahan yang dilakukan. Kemudian Steve Blank dan Bob mencoba menyimpulkan ‘9 deadly sins’ yang bisa menyebabkan kegagalan atau kejatuhan dalam dunia StartUp dalam buku ‘The Startup Owner’s Manual’

  1. Assuming you know what the customer wants. Poin ini dituliskan sebagai poin yang pertama bukan tanpa sebab. Poin ini merupakan hal yang sangat krusial dan paling ‘mematikan’.  Ya, mengasumsikan bahwa kita tahu apa yang customer kita inginkan. Asumsi ini biasanya datang dari sugesti atau menyamakan persepsi kita dengan calon customer kita. Contoh sederhananya pada saat kita menentukan varian produk apa yang akan kita launch, terlintas di pikiran kita “Pasti customer saya akan suka jenis yang ini…” ini sangatlah berbahaya karena asumsi ini dibangun tanpa data. Oleh karena itu, penting bagi pemilik StartUp untuk melakukan research yang mendalam untuk mendapatkan data yang akurat dan tidak melakukan asumsi sembarangan.
  2. The “I know what features to build” flaw. Hal yang kedua sangat berkaitan dan merupakan kelanjutan dari poin pertama di atas, yaitu Pemilik StartUp merasa tahu semua fitur yang dibutuhkan oleh customer dan merasa sangat mengenal customer tanpa pernah menanyakan langsung kebutuhan dan keinginan dari customer. Dengan hal ini, sebenarnya Pemilik StartUp tidak mengetahui apakah fitur yang akan dibuat akan menarik bagi customer atau tidak.
  3. Focusing on the launch date. Seperti perusahaan tradisional, banyak perusahaan StartUp yang masih memaksakan dan fokus terhadap tanggal launching mereka. Padahal ada kemungkinan mereka belum siap menghadapi launching atau masih ada hal untuk diperbaiki. Ketidaksiapan menghadapi launching ini, bisa mengakibatkan perfoma yang tidak maksimal. Maka itu, sebaiknya sebuah StartUp bisa beradaptasi dengan waktu dalam hal launching produk. Jika tetap dipaksakan dan mereka tetap fokus terhadap tanggal launching maka akan sangat berbahaya.
  4. Emphasizing execution instead of testing, learning, and iteration. StartUp di masa awalnya biasanya berjalan dengan data yang tidak lengkap atau tidak akurat. Karena itu StartUp bisa mengambil pelajaran dan evaluasi dari tindakan yang dilakukan untuk semakin menguji data yang mereka miliki. Dan juga StartUp tidak bisa hanya berfokus pada eksekusi pada tahap awal mereka. JIka tidak melakukan hal hal diatas akan sangat berbahaya bagi pengusaha startup
  5. Writing a business plan that doesn’t allow for trial and error. Hal selanjutnya adalah jika sebuah StartUp membuat business plan yang terkesan sempurna dan tidak memiliki kemungkinan error pada saat dijalankan akan menyebabkan startup terlalu optimis dan melupakan realtita bahwa terdapat kemungkinan kemungkinan error atau gagal.Tujuan awal Business Plan sebuah StartUp yaitu menemukan Business model yang paling sesuai dan bisa memprediksi apa yang terjadi baik sukses ataupun gagal sehingga harus memikirkan kemungkinan-kemungkinan buruk dan mempertimbangkannya bukan fokus pada hasil akhir. Jika terus memberikan data-data proyeksi keuangan yang terus positif dan berkembang, akan membuat startup seakan-akan lupa tujuan dari business plan awal dan faktanya tidak dapat berkembang sesuai dengan realita yang ada.
  6. Confusing traditional job titles with a startup’s needs. Menyamakan Job Title dengan Perusahaan yang sudah lebih mapan, yang secara otomatis menyamakan Job Description nya. Hal ini bertentangan dengan konsep StartUp, di mana seluruh staff yang terlibat di dalamnya harus bisa beradaptasi, fleksibel dengan keadaan, bekerja di zona yang baru, dan tanpa tahu masalah apa yang akan mereka hadapi posisi yang ada di perusahaan besar belum tentu dapat diterapkan pada perusahaan startup sehingga jangan dipaksakan. efeknya jika dilakukan penyamaan maka staff akan menjadi kaku dan tidak fleksibel.
  7. Executing on a sales and marketing plan. Menjalankan rencana sales dan marketing yang harus sesuai dengan plan rupanya juga bisa menjadi sebuah kesalahan bagi StartUp. Mengapa demikian? Karena pada masa awal merintis sebuah bisnis, proyeksi dan perencanaan yang kita buat bisa saja salah, dan kesalahan perencanaan ini tidak begitu saja langsung dapat disimpulkan sebagai kesalahan di market. Karena bisa saja ini terjadi karena ketidaklengkapan data semata. Sehingga jika terjadi hasil yang tidak sebaik perencanaan belum tentu Anda gagal kembali lagi ke poin pertama diatas.
  8. Prematurely scaling your company based on a presumption of success. Mengukur besarnya perusahaan dengan presumsi akan selalu sukses. Hal ini nyaris tidak memberikan ruang untuk kegagalan dan pembelajaran. Hal yang ditakutkan terjadi adalah penskalaan perusahaan yang terlalu dini. Efeknya sebuah startup nantinya tidak dapat berkembang dan beradaptasi jika terjadi kegagalan. Sehingga sebuah startup harus menghadapi segala kemungkinan yang terjadi baik gagal ataupun sukses.
  9. Management by crisis, which leads to a death spiral. Banyak Startup yang terlalu cepat menyimpulkan suatu keadaan yang terjadi. Misalnya jika pada saat launch product kemudian feed back yang diberikan tidak sesuai, Startup langsung menyimpulkan bahwa produk itu gagal atau cara pemasaran nya buruk. Padahal di sisi lain, produk ini dibangun atas hipotesis yang belum teruji. Maka itu, sebaiknya ketika mendapatkan feedback, StartUp bisa mengubah atau memperbaiki business model mereka berdasarkan hasil dan menerima kritikan agar bisa lebih maju dan berkembang. Hal ini dapat saja terjadi dan bukan merupakan krisis, melainkan bagian dari jalan menuju sukses. sehingga untuk startup jangan menyerah dan jangan cepat mengambil kesimpulan.

Kesimpulan

Pada intinya terdapat 2 hal yang bisa kita pelajari ; yaitu, jangan berasumsi tentang kebutuhan dan keinginan customer, dan jangan cepat merasa gagal.

In order to succeed, your desire for success should be greater than your fear of failure – Bill Cosby

Share Via:

WhatsApp
Facebook
Twitter
LinkedIn
Banner Vertical 600x840 Podcast

Artikel Lainnya:

7 Metrik Terpenting dalam Marketing

Inspeksi Internal Service Pelanggan Karyawan Anda – Mystery Guest Solusinya!

7 Rahasia Memikat Pelanggan Setia