Oleh:
Evan Linando
Associate Consultant, SLC MARKETING, INC.
Founder of Dimsum Elsa
Apa itu Masyarakat E-Commerce Asean? Itu hanyalah sebutan untuk pelaku E-Commerce (versi saya). Kira-kira bagaimana nasib pelaku E-Commerce Asean dengan diberlakukannya MEA sejak 31 Desember 2015 lalu?
Dengan memasuki MEA, pebisnis Indonesia akan lebih bebas berdagang lintas negara di kawasan Asia Tenggara, termasuk juga dengan memanfaatkan jalur digital. Tidak akan ada lagi biaya tambahan lain yang dapat membuat harga produk lebih tinggi saat produk tersebut dijual ke negara lain. Namun tetap perlu diingat, bahwa kompetitor atau sesama pelaku E-Commerce dari negara lain juga mendapatkan keuntungan yang sama. Bila biasanya pelaku E-Commerce hanya bersaing dalam negeri saja, sekarang harus mampu bersaing dengan pelaku bisnis E-Commerce seluruh Asean.
Bisnis E-Commerce memang terlihat mulai banyak menyedot perhatian pengusaha lokal untuk berinvestasi. Baru-baru ini terlihat iklan E-Commerce yang cukup besar yaitu MatahariMall.com yang dimiliki oleh Lippo Group. Tidak lama setelah MatahariMall.com muncul, kemudian satu lagi muncul portal E-Commerce yang dimiliki oleh Bluebird Group yaitu Maskool.in
Untuk bisa bersaing, baik dengan para pelaku lokal, maupun pemain Asean lainnya Brand perusahaan tetap harus diperhatikan. Perusahaan ingin diposisikan di pasar seperti apa? Perusahaan ingin dikenal seperti bagaimana? Hal tersebut menjadi salah satu faktor yang perlu dipertimbangkan.
Semua perusahaab tahu bahwa jalan keluar dari perang harga adalah mem-Branding perusahaan sedemikian rupa mempunyai diferensiasi kuat di mata konsumen. Masalahnya, tidak semua perusahaan E-Commerce paham darimana memulainya, apa saja yang harus dikelolanya, belum lagi keterbatasan tim dan waktu untuk melakukannya.
Apakah Anda sudah mem-Branding perusahaan E-Commerce Anda agar siap untuk berkompetensi di era MEA? (EVL)