Oleh: Dr. Sandy Wahyudi. Dalam dunia bisnis, terdapat dua istilah untuk seseorang yang bekerja mengelola bisnisnya. Mereka familiar disebut sebagai pengusaha, wirausahawan, entrepreneur dan masih banyak lagi sebutan untuk individu yang mengelola bisnis yang dijalankannya secara mandiri. Jika ditelaah secara lebih mendalam, terdapat dua tipe individu yang juga berkecimpung dalam pengelolaan maupun operasional pada bisnisnya. Dua tipe individu ini adalah Busy-man dan Business-man.
Individu dengan tipe Busy-Man adalah seseorang yang masih terjebak pada rutinitas dan kesibukan di dalam operasional bisnis mereka sendiri. Hal ini terjadi karena mereka turun langsung untuk menangani operasional bisnisnya sendiri tanpa berniat merekrut SDM ahli yang bisa membantunya dalam operasional bisnisnya. Tidak salah jika waktunya banyak tersita dan aksi One Man Show inilah yang menjadi penyebab pertumbuhan bisnis yang cenderung lambat untuk berkembang.
Sedangkan, individu dengan tipe Business-Man adalah individu yang benar – benar memiliki bisnis yang berjalan secara otomatis dan tetap menguntungkan karena telah mendelegasikan SDM ahli pada bidangnya masing – masing walaupun individu tersebut sudah tidak terlalu berkecimpung terlalu dalam pada bisnis tersebut.
Hal inilah yang mendorong pertumbuhan bisnis yang dikelola meningkat lebih pesat dan cepat. Pentingnya melibatkan seorang staf ahli pada bisnis merupakan salah satu ciri – ciri bisnis modern dan telah menerapkan standar baku untuk bisnisnya.
Pertanyannya, termasuk tipe individu yang manakah diri kita?
Apa yang membedakan antara Business-Man dengan Busy-Man?
Jawabannya cuma satu, yakni SISTEM
Jika kita ingin menjadi tipe individu Business-Man maka kita harus berani membuat “Faktor Bagi” yang berarti membagi tugas di dalam bisnis kepada beberapa orang dengan job desc yang jelas. Hal semacam ini bisa dituangkan dalam pembuatan SOP yang terdokumentasi secara jelas tentang tata cara dan tugas masing – masing divisi.
Wah, berarti keuntungan bisa berkurang dong karena harus menggaji beberapa karyawan kompeten?
Memang! Tapi kita, sabagai pemilik bisnis, bisa bebas menangkap peluang yang lain sehingga membuat kita semakin KAYA!
KAYA, tanpa harus repot turun langsung pada bisnis.
Selain berani, kita juga harus percaya kepada kemampuan tim yang kita rekrut dan sistem yang telah kita buat. Tentunya dengan monitoring yang jelas juga agar tidak terjadi penyimpangan. Pada fase awal, membuat sistem mungkin akan menjadikan kita sebagai individu tipe Busy-Man. Tidak masalah. Hal itu hanya terjadi sementara karena setelah sistem benar – benar terbentuk maka bisnis yang akan bekerja untuk kita.
Sistem yang dimaksud, selain sistem yang bekerja secara efisien sesuai standar SOP yang ditentukan sebelumnya, juga menerapkan sistem informasi berupa pengunaan software tertentu untuk divisi kerja yang dirasa perlu. Untuk divisi keuangan misalnya, penggunaan software akuntansi bisa menjadi pilihan untuk menunjang kinerja yang cepat dan efisien dalam hal pelaporan data keuangan. Untuk divisi pemasaran, penggunaan software marketing juga bisa digunakan sesuai dengan tanggung jawab dan porsi pekerjaan yang dilakukan.
Sistem bisnis bisa juga disebut sebagai sekelompok komponen atau elemen yang disatukan menjadi satu kesatuan untuk mencapai suatu tujuan bisnis yaitu mendapatkan keuntungan atau profit. Jika kita adalah seorang pengusaha baru atau tengah bersiap membangun kerajaan bisnis, berikut ini berbagai alasan kenapa sistem bisnis sangat penting untuk mengembangkan perusahaan:
Sistem bisnis menciptakan culture. Sebagai tonggak penting dalam membangun perusahaan, sistem bisnis akan menciptakan budaya kerja yang efektif. Menyisihkan hal-hal yang tidak penting dan menjalankan kegiatan berdasarkan skala prioritas. Sehingga bisnis ini akan berjalan lebih efektif dan efisien.
Bisnis siap bersaing dalam jangka panjang. Persaingan bisnis tidak bisa dipungkiri harus dihadapi kapanpun dan dimanapun kita membangun bisnis. Meski kita memiliki produk berkualitas dan harga yang murah, belum tentu akan bertahan lama jika sistem di dalamnya tidak dibentuk dengan benar. Apalagi jika kita tidak bisa menjaga profesionalitas di dalam bisnis kita sendiri.
Membangun tim dan loyalitas karyawan. Sistem bisnis bukan semata-mata hanya untuk kita sendiri saja sebagai pengusaha, melainkan untuk karyawan, partner, pekerja lepas dan pelanggan kita. Semua saling bersinergi untuk membentuk roda bisnis yang akan berputar dengan baik dan lancar. Kita juga diwajibkan membentuk tim di dalam perusahaan agar mereka mampu menjalankan bisnis sesuai arahan sistem bisnis yang dibuat. Hal ini juga akan menjadikan karyawan lebih loyal dan lebih matang dalam bisnis kita untuk jangka panjang.
Sistem yang telah dirancang dan diterapkan, diharapkan nantinya dapat menjadi jembatan sukses dalam bisnis yang tentu berdampak pada peningkatan dan perkembangan bisnis-bisnis kita yang lainnya di kemudian hari. Hal inilah yang membedakan seorang Business-Man dengan seorang Busy-Man.
“You can be born rich but this does not assure you will be a success businessman.
Can you learn to be a real businessman? Are you willing to learn?
Not every busy man is a businessman but every businessman should be a busy man” (Daniel Dinu)