By:
Dr. Sandy Wahyudi (DSW)
Pakar & Praktisi Marketing dan Inovasi
Business Development Director SLC MARKETING, INC.
Setiap tahunnya, selalu ada satu atau dua perusahaan baru yang muncul di bidang yang sama dengan industri kita. Itulah sebabnya mengapa persaingan bisnis semakin sengit setiap harinya. Meskipun begitu, tidak semua perusahaan bisa dikatakan sehat karena mereka mampu bertahan dari persaingan dengan melakukan hal-hal yang bisa dikatakan tidak baik. Sebagai contoh, beberapa perusahaan mengaku-ngaku bahwa mereka profesional dan terpercaya padahal usia perusahaan mereka belum genap satu tahun. Lalu, ada pula perusahaan yang mengatakan bahwa mereka menjual produk berkualitas padahal produk tersebut dibuat dengan bahan-bahan mentah yang tidak ada kualitasnya. Bagaimana dengan perusahaan Anda? Tentu banyak sekali tolok-ukur apakah perusahaan kita ini bisa dikatakan perusahaan berkelas atau tidak. Bisa kita lihat sosok pemimpin yang ada di dalam perusahaan, jika pemimpin nya baik dan penuh karisma, kita bisa saja menyimpulkan perusahaan ini sehat, walaupun di dalamnya belum tentu demikian. Sebelum kita membahas lebih dalam terkait kepemimpinan, ada baiknya coba kita sepakati di awal, bahwa perusahaan yang sehat itu seperti apa seharusnya, tidak peduli siapa pemimpinnya dan bagaimana gaya memimpinnya.
Pendapatan lebih besar dibandingkan pengeluaran
Perusahaan yang sehat tentu memiliki kondisi keuangan yang baik di mana pendapatan mereka lebih besar dibandingkan dengan pengeluaran. Memang tidak ada perusahaan yang selalu untung karena persaingan di era modern seperti ini sangatlah ketat. Hal ini biasanya dinilai dengan perbandingan dalam satu tahun. Apabila dalam 9 bulan mengalami keuntungan dan sisanya ada yang sama dan ada juga yang lebih besar pengeluaran, perusahaan tersebut bisa dikategorikan sebagai perusahaan yang sehat. Di sisi lain, apabila perusahaan selalu merugi, lebih besar pengeluaran daripada pemasukan, perusahaan tersebut sedang berada dalam kondisi yang tidak sehat. Nah, coba cek bagaimana pendapatan dan pengeluaran di perusahaan Anda. Apakah keduanya sama atau satu di antaranya lebih besar. Bila ternyata pendapatan di perusahaan Anda selama satu tahun lebih besar dibandingkan pengeluaran, perusahaan Anda sudah termasuk perusahaan sehat.
Hubungan antara atasan dan karyawan baik
Tidak hanya dinilai dari kondisi keuangan, perusahaan yang sehat juga bisa dilihat dari hubungan antara antasan dan karyawan atau karyawan dengan karyawan. Apabila hubungan mereka baik, tentu saja perusahaan akan kondusif dan bisa dimasukkan ke dalam perusahaan yang sehat. Sebaliknya, bila ada banyak karyawan yang bermusuhan dengan karyawan lain atau membenci atasan mereka, perusahaan tersebut tidaklah baik dan tidak dalam kondisi yang sehat. Bagaimana dengan perusahaan Anda? Bila Anda merasa bahwa hubungan Anda dengan pegawai baik-baik saja, begitu juga sesama pegawai, itu artinya perusahaan Anda sehat. Namun, bila sering terjadi keretakan dan konflik antar karyawan, Anda harus menengahi dan memecahkan masalah tersebut agar suasana kondusif di dalam perusahaan terus terjaga dengan baik.
Produk yang ditawarkan dijaga kualitasnya dengan maksimal
Kriteria ketiga untuk perusahaan yang sehat adalah produk yang ditawarkan dijaga kualitasnya dengan maksimal. Ya, ini adalah salah satu bentuk strategi untuk membuat produk mampu bersaing di pasaran dan untuk menjaga kepercayaan konsumen. Sadari bahwa ada banyak perusahaan di luar sana yang tidak mampu melakukan hal ini karena mereka takut rugi, ingin menghindari kebangkrutan, dan alasan lainnya. Mereka pun pada akhirnya mencurangi produk dengan mengurangi takaran bahan-bahan atau menggunakan bahan-bahan yang memang tidak berkualitas. Dengan demikian, perusahaan mereka sudah melakukan hal yang seharusnya tidak mereka lakukan. Ini yang akan membuat mereka menjadi perusahaan yang tidak sehat.Anda jangan pernah mencurangi produk Anda sendiri dengan melakukan tindakan-tindakan yang dapat mengurangi kualitas produk. Apabila Anda melakukannya, Anda sendiri yang akan merugi nantinya. Kualitas produk itu harus terus dijaga agar konsumen terus percaya dan produk Anda bisa terus dikenal olah masyarakat luas.
Ketiga indikator di atas adalah prasyarat bahwa bisa / tidaknya perusahaan dikatakan sehat atau tidak dari sisi hasil / result yang nyata dan bisa dilihat / dirasakan secara langsung, yang mana sifatnya adalah sebuah akibat dari tindakan. Dalam whitepaper kali ini, coba akan saya angkat arti perusahaan yang sehat dari sisi penyebab / kausal, khususnya terkait kepemimpinan. Perusahaan diasumsikan akan sehat jika dipimpin dengan 6 standar berikut dalam keseharian usahanya:
- Menghargai Karyawan – value people
Tidak ada orang yang punya sifat dan karakter yang sama. Di dalam sebuah perusahaan pasti terdapat beragam karyawan dengan skill dan kompetensi berbeda. Oleh sebab itu, sebagai seorang leader, kita juga harus punya kapasitas untuk bisa melihat apa kelebihan dan kekurangan masing-masing tim yang ada, sedemikian kita bisa menghargai kelebihan dan menutupi kekurangannya.
- Mengembangkan Karyawan – develop people
Seorang pemimpin wajib mengorbankan waktunya untuk mengembangkan kapasitas timnya. Walau memang terkesan belum terlihat hasilnya dan seolah buang waktu saja karena seharusnya waktu tersebut bisa digunakan untuk menjalin relasi eksternal dengan partner bisnis, namun sesungguhnya pemimpin ini sedang mempersiapkan pondasi yang kuat untuk perusahaannya agar bisa bertahan untuk jangka waktu lama.
- Membangun Komunitas – build community
Pemimpin yang disegani dan dicintai karyawannya biasanya bukan hanya pandai mengembangkan organisasi saja, melainkan juga mahir dalam membuat komunitas di dalam perusahaannya sendiri, sedemikian setiap karyawan memiliki sense of belonging yang tinggi di tempatnya bekerja dan kepada rekan kerjanya. Misal di kantor SLC MARKETING, ada rutin diadakan olahraga Badminton tiap minggu sekali, untuk menjalin keakraban antar seluruh tim dan manajemen yang ada.
- Memperlihatkan Keasliannya – display authenticity
Pemimpin yang fokus pada pertumbuhan, akan menunjukkan keaslian jati dirinya. Tidak menutupi sifat yang menjadi kelemahannya, mau mengakuinya di hadapan karyawan. Sebab dengan cara inilah seluruh tim yang ada malah akan dengan rela hati men-support setiap gagasan yang diberikan.
- Memimpin dengan Baik – provide leadership
Walau hanya selisih 1 huruf ‘n’ saja di antara kata “Pemimpin” dan “Pemimpi” namun keduanya punya makna yang sangat jauh berbeda. Seorang Pemimpi akan menjadi Pemimpin jika huruf ‘n’ diberikan di akhiran katanya, dimana arti huruf ‘n’ disini adalah NYATA. Kerja nyata hanya akan terjadi jika seorang pemimpin mau memimpin dengan baik seluruh timnya.
- Mengajar Cara Memimpin – share leadership
Perusahaan yang sehat akan selalu mempersiapkan regenerasi. Proses untuk kaderisasi biasanya sudah dilakukan jauh hari sebelum ada pemimpin senior yang akan pensiun atau mengundurkan diri. Proses kaderisasi akan berjalan lancar jika pemimpin yang sebelumnya
mau mengajarkan cara memimpin yang baik ke calon pemimpin berikutnya agar mampu memimpin timnya sebaik dirinya.

Apa Kepemimpinan itu?
Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi orang lain, baik bawahan maupun kelompok untuk bekerja sama dalam rangka pencapaian tujuan. Banyak sekali cara memimpin dalam organisasi, namun setidaknya saya akan bagikan 7 macam tipe atau gaya kepemimpinan yang sering digunakan dalam perusahaan:
- Transformational Leadership
Tipe kepemimpinan transformasional adalah kebalikan dari pemimpin otoriter. Di sini pemimpin ikut berbaur dan berada ditengah-tengah anggotanya. Hubungan yang tercipta juga tidaklah kaku seperti majikan dengan bawahan, melainkan seperti saudara sendiri. Pemimpin selalu memperhatikan kebutuhan kelompoknya dan mempertimbangkan kesanggupan kelompok dalam mengerjakan tugas. Pemimpin juga mau menerima masukan dan saran dari bawahannya. Contoh pemimpin transformasional adalah Walt Disney, John F Kennedy, Mahatma Gandhi dan lain-lain
Kelebihan :
- Hubungan antara pemimpin dan bawahan harmonis dan tidak kaku
- Keputusan dan kebijaksanaan diambil melalui diskusi sehingga bawahan akan merasa dihargai dan dibutuhkan peranannya
- Mengembangkan daya kreatif dari bawahan karena dapat mengajukan pendapat dan saran
- Bawahan akan merasa percaya diri dan nyaman sehingga bisa mengeluarkan kemampuan terbaiknya untuk menyelesaikan tugasnya
- Bawahan akan merasa bersemangat karena merasa diperhatikan
- Tidak mudah lahir kubu oposisi karena pemimpin dan bawahan sejalan
Kelemahan :
- Proses pengambilan keputusan akan berlangsung lama karena diambil secara musyawarah
- Sulitnya dalam pencapaian kata mufakat karena pendapat setiap orang jelas berbeda
- Akan memicu konflik apabila keputusan yang diambil tidak sesuai dan apabila ego masing-masing anggota sangatlah tinggi
- Charismatic Leadership
Tipe kepemimpinan karismatik memiliki energi dan daya tarik yang luar biasa untuk dapat mempengaruhi orang lain, maka tidaklah heran apabila memiliki pengikut atau massa yang jumlahnya besar. Sifat karismatik yang dimiliki adalah karunia dari Tuhan. Pemimpin karismatik bisa dilihat dari cara mereka berbicara, berjalan maupun bertindak. Contoh pemimpin karismatik adalah Bill Clinton, Nelson Mandela, Martin Luther King, Soekarno dan lain-lain.
Kelebihan :
- Dapat mengkomunikasikan visi dan misi secara jelas
- Dapat membangkitkan semangat bawahan untuk bekerja lebih giat
- Bisa mendapatkan pengikut dengan massa yang besar karena sifatnya yang berkharisma sehingga bisa dipercaya
- Menyadari kelebihannya dengan baik sehingga bisa memanfaatkannya semaksimal mungkin
Kelemahan :
- Para pemimpin kharismatik mudah mengambil keputusan yang beresiko
- Pemimpin kharismatik cenderung memiliki khayalan bahwa apa yang dilakukan pasti benar karena pengikutnya sudah terlanjur percaya
- Ketergantungan yang tinggi sehingga regenerasi untuk pemimpin yang berkompeten sangatlah sulit
- Participative Leadership
Tipe pemimpin ini memiliki sifat bossy, mereka menganggap bahwa bawahan tidak bisa bersifat mandiri dan perlu dorongan dalam melakukan sesuatu. Pemimpin ini selalu melindungi bawahannya. Pemimpin partisipatif ini memiliki sifat sok tahu yang besar sehingga jarang memberikan kesempatan pada bawahan untuk mengambil keputusan. Contoh pemimpin partisipatif adalah Donald Trump.
Kelebihan :
- Pemimpin pasti memiliki sifat yang tegas dalam mengambil keputusan
- Bawahan akan merasa aman karena mendapat perlindungan
Kelemahan :
- Bawahan tidak memiliki inisiatif dalam bertindak karena tidak diberi kesempatan
- Keputusan yang diambil tidak berdasarkan musyawarah bersama karena menganggap dirinya sudah melakukan yang benar
- Daya imajinasi dan kreativitas para pengikut cukup rendah karena tidak ada kesempatan untuk mengembangkannya
- Transactional Leadership
Tipe kepemimpinan transaksional adalah tipe pemimpin yang memiliki disiplin tinggi dan biasanya menyukai hal-hal yang formal. Menerapkan sistem komando dalam menggerakkan bawahannya untuk melakukan perintah. Menggunakan pangkat dan jabatan dalam mempengaruhi bawahan untuk bertindak. Contoh pemimpin transaksional adalah Joseph McCarthy.
Kelebihan :
- Tegas dan tidak memiliki keraguan dalam bertindak dan mengambil keputusan
- Bawahan akan memiliki disiplin yang tinggi
- Bawahan akan merasa aman dan terlindungi
Kelemahan :
- Suasana cenderung kaku karena lingkungan yang formal
- Pemimpin sukar dalam menerima kritikan dan saran dari bawahan
- Bawahan akan merasa tertekan dan tidak nyaman karena banyak aturan dan sifat keras dari pemimpin
- Laissez-Faire / Quiet Leadership
Dalam tipe ini, pemimpin tidak memberikan instruksi dan perintah, mereka membiarkan bawahannya untuk berbuat sekehendaknya. Tak ada kontrol dan koreksi. Tentu saja dalam kepemimpinan ini sangatlah mudah terjadi kekacauan dan bentrokan. Pemimpin tak menjalankan perannya dengan baik. Contoh pemimpin yang diam / quiet adalah Abraham Lincoln..
Kelebihan :
- Keputusan ada di tangan bawahan sehingga bawahan bisa bersikap mandiri dan memiliki inisiatif
- Pemimpin tidak memiliki dominasi besar
- Bawahan tidak akan merasa tertekan dalam menjalankan tugas
Kelemahan :
- Pemimpin membiarkan bawahan untuk bertindak sesuka hati karena tidak ada kontrol
- Mudah terjadi kekacauan dan bentrokan
- Tujuan organisasi akan sulit tercapai apabila bawahan tidak memiliki inisiatif yang tepat dan dedikasi tinggi
- Situational Leadership
Perilaku pemimpin yang tinggi pengarahan dan tinggi dukungan dirujuk sebagai konsultasi karena dalam menggunakan gaya ini, pemimpin masih banyak memberikan pengarahan dan masih membuat hampir sama dengan keputusan, tetapi hal ini diikuti dengan meningkatkan komunikasi dua arah, dan perilaku mendukung, dengan berusaha mendengar perasaan pengikut tentang keputusan yang dibuat, serta ide-ide dan saran-saran mereka. Meskipun dukungan ditingkatkan, pengendalian atas pengambilan keputusan tetap pada pemimpin. Contoh pemimpin situasional adalah Dwight Eisenhower.
Kelebihan :
- Dalam pengambilan keputusan, bawahan masih turut terlibat
- Suasana harmonis dan nyaman antara pemimpin dengan bawahan
- Pemimpin memiliki kendali dalam pengawasan tugas sehingga bawahan tidak bisa seenaknya
Kekurangan :
- Pengambilan keputusan tidak bisa dilangsungkan dengan cepat


Gambar 2. The 7 Leadership Styles of Great Leaders
7. Servant Leadership
Kepemimpinan Servant Leadership, dimulai dari keyakinan dari pemimpin terhadap nilai-nilai baik yang dimiliki oleh timnya, yakni: setiap orang pasti dapat dan bisa dikembangkan. Kepemimpinan adalah sebuah kemitraan. Setiap orang pasti bisa berkembang asal mau terlibat dan aktif dalam komunikasi intens dengan seluruh timnya. Tiga skill utama yang dibutuhkan dari seorang pemimpin yang melayani, yaitu:
- Kemampuan untuk diagnosa, yaitu kemauan dan kemampuan untuk melihat sesuatu dan mengukur kebutuhan pengembangan seorang karyawan untuk menentukan gaya kepemimpinan yang paling tepat untuk tugas atau penyelesaian target.
- Keluwesan, yaitu kemampuan untuk menggunakan berbagai macam gaya kepemimpinan dengan baik.
- Kemitraan untuk penampilan/kesepakatan untuk gaya kepemimpinan yaitu mencapai kesepakatan dengan tim yang ada tentang gaya kepemimpinan yang dibutuhkan untuk mencapai target pribadi dan target organisasi.
Pemimpin yang melayani hadir bukan karena ada tujuan “udang di balik batu”, melainkan karena untuk meningkatkan harga diri atas seluruh tim yang dipimpinnya. Kepemimpinan yang melayani adalah sebuah kombinasi antara karakter diri seseorang (life skill) dan semua kemampuan yang dimiliki untuk menjalankan organisasi (business skill). Dengan kata lain, servant leadership juga bisa disimpulkan sebagai “balancing business and life to get a great result”. Contoh pemimpin yang melayani adalah George Washington.
Pilar Organisasi Menjalankan Servant Leadership
Ada 7 pilar dalam organisasi yang harus dipersiapkan agar para pemimpin bisa melakukan gaya kepemimpinan melayani dalam perusahaannya. Pondasi yang pertama adalah BUDAYA KERJA. Inilah yang mendasari dan harus disepakati di awal oleh seluruh karyawan dalam perusahaan. Setelah budaya kerja tercipta dengan baik, maka selanjutnya adalah STRATEGI BISNIS harus tepat direncanakan sesuai dengan Visi-Misi yang hendak dicapai. Sebagai pemimpin yang dianalogikan sebagai pilar sebuah bangunan, ada 7 prinsip yang setidaknya perlu diterapkan agar bisa menjadi seorang Servant Leader. Diantaranya adalah:
- Person of character, pemimpin yang berkarakter kuat dan tegas.
- Puts people first, pemimpin yang selalu mendahulukan kepentingan orang lain ketimbang dirinya
- Skilled communicator, pemimpin yang pandai dalam berkomunikasi
- Compassionate collaborator, pemimpin yang suka untuk membuat kolaborasi
- Has foresight, pemimpin yang bisa memprediksi masa depan perusahaan
- Systems thinker, pemimpin yang kuat dalam merancang sistem
- Leads with moral authority, pemimpin yang bermoral tinggi dan menjauhi kejahatan
Jika pilar kepemimpinan sangat kuat, maka niscaya perusahaan tersebut mampu menopang ketiga beban di atasnya. Beban pertama yang harus dipikul oleh pemimpin tersebut adalah para KARYAWAN. Selain masalah gaji dan tunjangan yang harus dipikul, juga masalah kekompakan dan kerjasama tim yang ada. Terkadang jika pilarnya tidak kuat, maka saat ada tim yang saling bermusuhan satu sama lain, maka pemimpin tersebut terkadang terpaksa memecat salah satu dan mempertahankan yang lain, padahal kalau bisa semua dirangkul dan dicari solusi jalan keluarnya. Beban kedua adalah tentu saja para PELANGGAN yang memberikan omset pada perusahaan. Setiap pelanggan pasti punya kebutuhan berbeda dan harus dilayani dengan cara berbeda pula. Jika setiap pemimpin bisa melayani para karyawan dengan baik, maka kita harapkan karyawan juga bisa melayani pelanggan dengan baik pula. Beban ketiga adalah KOMUNITAS atau lingkungan dimana perusahaan kita berada. Sebagai perusahaan yang sehat, tentu komunitas yang ada di sekitar perusahaan akan men-support keberlangsungan bisnis. Misal : tidak ada demo warga setempat karena pencemaran lingkungan, tidak ada demo dari buruh karena memberikan upah murah, dst.

Nah, apa kaitan antara servant leadership dan marketing? Apakah ada hubungannya? Sebab di awal judul whitepaper ini adalah “Menjadi Marketer Hebat diawali dari Kepemimpinan yang Melayani”. Saya pribadi merasa bahwa sehebat, sepandai, sebanyak modal apapun yang dimiliki pebisnis, tapi tanpa disertai jiwa kepemimpinan yang kuat dan mau melayani, maka semuanya akan runtuh dengan cepat saat ada badai gejolak bisnis yang menghampirinya. Berbeda dengan pemimpin yang mau melayani, dimana fokus di kepalanya adalah bukan hanya omset dan profit saja yang dicari, melainkan juga ingin mengembangkan manusia yang ada di sekitarnya, khususnya para karyawan yang ikut bekerja dengannya.
Jika seorang pemimpin sudah dicintai oleh karyawannya, bukan karena dia baik dan suka mengajak jalan-jalan atau mentraktir makan, melainkan karena dirinya bisa menjadi tauladan dan panutan untuk sumber pengetahuan dan pengalaman, baik dari segi bisnis dan pekerjaan, maupun panutan untuk menjadi pribadi yang lebih baik dari spiritual, sosial, dll, maka pemimpin tersebut sudah bisa dikatakan sebagai servant leader sekaligus marketer yang hebat. Kenapa demikian?
Perusahaan yang punya pemimpin seperti ini tentu akan mudah dalam segala hal. Setidaknya 4 aspek yang dicari oleh perusahaan manapun ini dengan mudah dapat dilihat hasilnya:
- Karyawan baru. Sebab karyawan lama pasti akan mengajak temannya untuk ikut bekerja di perusahaannya. Maka tidak akan sulit mencari tenaga kerja baru yang potensial.
- Pelanggan baru. Sebab karyawan sudah mendapat contoh dari pimpinannya bagaimana cara melayani orang lain, maka karyawan pasti akan bisa memberikan service lebih baik ke para pelanggan. Jika pelanggan puas, maka pasti akan mereferensikan temannya untuk jadi pelanggan juga di perusahaan kita.
- Media massa. Sebab jika pemimpin kita semakin dikenal, dan perusahaan kita semakin banyak pelanggan, maka kemungkinan akan semakin viral dan dikenal baik oleh media massa. Perusahaan kita bisa diliput dan “diiklankan” secara gratis di koran, radio, tv sebagai sumber berita yang mereka cari.
- Peluang pengembangan bisnis baru. Dampak dari ini semua adalah akan semakin banyak peluang tawaran bisnis baru dari pihak eksternal yang semakin mengenal track record

Jika Anda ingin mencetak para pemimpin yang mampu menerapkan Servant Leadership dalam perusahaan, agar perusahaan Anda bisa mencetak para marketer-marketer hebat yang ujungnya pasti berdampak pada omset, maka segera tim kami di kantor untuk mendapatkan penjelasan lebih detail akan layanan yang ada di SLC MARKETING, INC.!