Facebook Tag Pixel

SURVIVING CRISIS THROUGH GROWTH MINDSET

Meningkatkan Produktivitas Karyawan di Tengah Gejolak Trump Effect

Oleh: Bagas Pranowo Handonowarih

Business Analyst, Specialized in People Development

SLC MARKETING, INC.

 

Pembaca yang budiman, sejak dilantiknya Donald Trump pada tanggal 20 Januari 2017, beberapa kebijakan kontroversial telah dikeluarkan oleh Presiden AS ke-45 ini. Iklim politik dan sosial di Negri Paman Sam tersebut menjadi tidak stabil dan imbasnya mempengaruhi perekonomian dan aliran investasi AS ke negara kita. Selama ini neraca perdagangan Indonesia terhadap Amerika Serikat selalu surplus, namun pasar ekspor Indonesia ke Amerika Serikat pada semester pertama tahun 2017 ini hanya tercatat US$ 2,38 miliar (Rp 31,15 triliun). Meski turun 6 persen dibanding periode sebelumnya, untungnya neraca masih tetap surplus. Angka ini juga masih berada di atas pangsa pasar ekspor ke Jepang dan Cina, masing-masing sebesar US$ 2,16 miliar dan US$ 1,83 miliar.

Dalam beberapa pidato kampanyenya, Trump terus mengungkapkan rencananya membatalkan segala perjanjian perdagangan yang dianggap merugikan Amerika Serikat. Bila hal itu benar-benar dijalankan, Indonesia bisa menjadi salah satu negara yang terkena dampaknya. Ancaman seperti ini tentu tak bisa dianggap remeh1. Keadaan kritis ini semakin parah karena lesunya pertumbuhan GDP Indonesia sepanjang tahun 2016 hingga kuartal pertama 20172 sehingga banyak perusahaan di Indonesia mengalami penurunan penjualan yang cukup signifikan.

Keadaan makro ekonomi yang tidak menentu ini jika terus-menerus terjadi, maka akan mengganggu motivasi dan ritme kerja karyawan kita. Oleh sebab itu, dibutuhkan suatu terobosan yang dapat menghidupkan kembali semangat kerja karyawan. Carol S. Dweck, Ph.D mengemukakan konsep yang menarik dalam bukunya berjudul Mindset : The New Psychology of Success. Disebutkan bahwa ada dua pola pikir dalam menghadapi krisis, yakni Fixed Mindset dan Growth Mindset.

Gambar 2. Fixed Mindset dan Growth Mindset

Fixed Mindset  digambarkan sebagai pola berpikir yang menganggap bahwa tantangan yang ada itu untuk dihindari, sebab melakukan kerja keras pun kadang tidak akan membuahkan hasil, sedemikian seseorang pada akhirnya mengabaikan kritik tajam yang seharusnya bermanfaat bagi dirinya. Akibatnya, orang-orang dengan pola pikir ini tidak akan pernah mencapai hasil yang maksimal, bahkan di saat ekonomi sedang dalam keadaan sangat baik sekalipun, apalagi di era ekonomi yang sedang lesu seperti sekarang. Sebaliknya, Growth Mindset digambarkan sebagai pola berpikir yang selalu mencari tantangan baru, melihat kerja keras sebagai jalan untuk menjadikan seseorang lebih ahli dalam melakukan sesuatu, dan menganggap bahwa segala kritikan setajam apapun sebagai sarana pembelajaran. Maka dari itu, orang-orang dengan pola berpikir Growth Mindset  seringkali mencapai hasil yang signifikan dan terus menghasilkan pencapaian-pencapaian baru yang mencengangkan.

Untuk menciptakan lingkungan kerja dimana pola berpikir karyawan selalu ada di keadaan Growth Mindset, sebaiknya kita mulai mengevaluasi cara mengelola sumber daya manusia di perusahaan kita masing-masing. Berikut beberapa pertanyaan yang bisa menjadi refleksi pembelajaran:

  1. Apakah kita lebih senang menyalahkan daripada belajar dari kesalahan?

    Ketika kita sebagai pimpinan atau karyawan kita sering melakukan kesalahan, cobalah lakukan otopsi bukan untuk mencari siapa yang harus disalahkan, namun hal apa yang salah dan dapat diperbaiki ke depannya.

  1. Apakah kita lebih fokus pada mengamankan posisi kita di perusahaan atau memikirkan cara supaya tim kita semakin berkembang?

Mulailah pertimbangkan cara untuk membantu tim Anda berkembang dalam pekerjaannya, misalkan memberikan Training, Workshop, atau sekedar sesi Coaching? Bantuan yang tepat serta masukan saran yang membangun akan menjadi senjata yang ampuh dalam menghadapi situasi krisis.

  1. Apakah setiap diskusi yang diadakan tim kita selalu mulus tanpa adanya perdebatan yang sengit, ataukah selalu ada perdebatan yang sangat panas dan saling adu argumentasi antar individu?

Sangat berbahaya apabila karyawan atau kita sendiri tidak berani menyampaikan ide-ide revolusioner atau fakta brutal yang sebenarnya dapat menjadi solusi atas permasalahan yang terjadi. Jika karyawan tidak berani berargumen, maka ini malah dapat menjadi ancaman bagi kelangsungan hidup perusahaan. Cobalah sesekali tugaskan karyawan Anda untuk berperan sebagai Pengacara Jahat dimana dia bertugas untuk terus-menerus mengemukakan argumentasi dengan sudut pandang berlawanan dari pendapat kita, sehingga di suatu titik, kita dapat menemukan satu kelemahan fatal yang harus diperbaiki, dan mencari solusi revolusioner atas kesalahan tersebut. Buatlah mekanisme “kotak saran anonim” dimana setiap karyawan dapat menuliskan uneg-uneg mereka kepada rekan kerja, bawahan atau atasan, tanpa adanya perasaan tidak enak hati atau sungkan.

Segala sesuatu mulailah dari internal perusahaan kita sendiri, sebagaimana quotes yang dipopulerkan oleh tokoh antagonis dari film Civil War : Captain America, yaitu “An empire toppled by its enemies can rise again. But one which crumbles from within? That’s dead. FOREVER”. Jika kondisi internal kita dan semua karyawan di dalam perusahaan sudah memiliki Growth Mindset  dalam menghadapi krisis, maka bahkan Trump Effect sekalipun yang begitu mengkhawatirkan tidak akan mempunyai dampak yang signifikan pada kinerja kita dan para karyawan kita. Untuk informasi lebih lanjut dari SLC MARKETING, INC. akan kebutuhan training karyawan perusahaan Anda, tim kami siap melayani Anda!

Share Via:

WhatsApp
Facebook
Twitter
LinkedIn
Banner Vertical 600x840 Podcast

Artikel Lainnya:

Kecerdasan Emosional: Rahasia Membangun Tim Yang Solid & Produktif

Storytelling Adalah Koentji – Memenangkan Hati Audiens di Era Digital

Investasi Terbesar! Bangun Tim Yang Solid untuk Bisnis Keluarga Anda Melesat Tajam