By:
Dr. Sandy Wahyudi (DSW)
Pakar & Praktisi Marketing dan Inovasi
President Director SLC MARKETING, INC.
Founder of Connectpedia.id
Saat ini persaingan bisnis bukan yang besar memakan yang kecil, melainkan yang cepat memakan yang lambat. Apakah Anda juga merasakan demikian?
Kebangkitan bisnis start-up telah banyak gerogoti market share pebisnis konvensional, bahkan malah banyak yang sudah tutup karenanya.
Apakah kecepatan mereka berinovasi dengan melibatkan teknologi selalu menjadi kuncinya? Apakah kita perlu untuk ikuti cara mereka?
Sebaliknya, apakah dengan lakukan efisiensi dan optimalkan apa yang sudah ada, merupakan cara bertahan yang benar?
What We Learn
Teknologi dulu atau Kebutuhan pasar dulu
Eksploitasi sumber daya yang ada atau Eksplorasi sumber daya baru
Searching while Executing : Bagaimana terus mendapat ide baru, namun tidak merusak strategi besar perusahaan?
3 Action Plan hadapi bisnis start-up yang begitu gesit dan ganas
Perusahaan yang berinovasi saja masih bisa gagal, apalagi perusahaan yang sudah tahu omset semakin menurun, tapi tidak ada tindakan konkrit untuk take action. Masalahnya, inovasi yang malah dilakukan pada waktu yang salah, akan membuat perusahaan cepat jatuh.
Inovasi sebaiknya dibuat berdasarkan Visi Perusahaan, bukan ikut-ikutan pemain baru (start-up) yang menjadi biang kerok berkurangnya omset dan keuntungan. Inovasi produk bisa dari sisi teknologi, atau dari demand pasar yang ada.
Ada 2 pendekatan Strategi Inovasi yang saling bertolak-belakang. Technology Push adalah inovasi yang diawali oleh Tim Riset perusahaan. Mereka memiliki kapasitas pengetahuan yang banyak namun hasil produknya belum tentu dibutuhkan pasar. Sebaliknya, Market Pull adalah inovasi yang diawali dari kebutuhan pasar. Masalahnya, belum tentu perusahaan punya kapasitas untuk memproduksinya.
Sama halnya ilustrasi di atas. Capability Push adalah teknik eksploitasi kemampuan internal perusahaan untuk memenuhi kebutuhan pasar. Sebaliknya, Opportunity Pull adalah teknik eksplorasi kebutuhan pasar yang belum terjawab oleh pesaing, lalu perusahaan berupaya untuk memenuhinya.
Sebaiknya kombinasi keduanya harus digunakan sekaligus. Kesiapan pasar (eksternal) dan kesiapan teknologi (internal) harus seiring sejalan. Di sinilah letak peluang sesungguhnya, sebab rata-rata perusahaan hanya kuat di satu sisi, tapi lemah di sisi lainnya.
Perusahaan yang mampu mengimbangi ritme kerja antara kegiatan eksploitasi pada bisnis utamanya yang sedang berjalan agar semakin efisien. Di sisi lain, punya intensitas kuat lakukan eksplorasi untuk kembangkan bisnis baru yang inovatif, adalah tipe perusahaan yang punya daya saing luar biasa dibandingkan pesaingnya.
Faktanya, hasil riset menunjukkan bahwa hanya ada 2% perusahaan di dunia yang mampu mengerjakan kedua hal ini secara bersamaan sekaligus. Salah satunya adalah Amazon, Toyota, Zara. Mereka adalah perusahaan yang bisa berpikir long-term dan eksekusi short-term dengan baik.
Ilustrasi di atas sangat cocok bagi perusahaan yang sangat berpikir short-term, mengabaikan inovasi hanya demi kepentingan mendesak yang tiap hari mereka langsung rasakan : Omset. Namun, apakah mereka bisa bertahan untuk jangka panjang?
Konsep Searching while Executing sangat cocok bagi perusahaan yang sudah terlampau gemuk organisasinya dan besar operating cost-nya. Mereka masih bisa berinovasi dan tidak kalah dari perusahaan start-up yang larinya lebih lincah dan gesit, asalkan punya ekosistem dan budaya kerja untuk selalu bikin ide baru, berani uji coba, lempar ke pasar dan perbaikan terus-menerus.
ACTION PLAN
3 STRATEGI KORPORASI HADAPI BISNIS START-UP YANG SANGAT GESIT & GANAS
Plan 1
Tetap fokus pada produk unggulan Anda! Jangan ikut-ikutan bikin produk murah, sebab itulah keahlian utama bisnis start-up yang operating cost mereka sangat kecil. Buatlah produk yang terbaik dalam industri Anda. Masih ada segmen pelanggan yang tidak akan belanja dari bisnis start-up karena terbentur regulasi tertentu yang mereka tidak bisa penuhi.
Plan 2
Lakukan efisiensi dan optimalisasi seluruh lini operasional. Periksa kembali proses kerja dari hulu ke hilir, apa saja cutting cost yang bisa dilakukan untuk membuat tubuh organisasi tidak terlalu gemuk dan semakin lincah hadapi bisnis start-up. Pastikan teknologi yang Anda gunakan saat ini tepat guna, sedemikian tidak membutuhkan banyak tenaga kerja.
Plan 3
Pelanggan masih butuh layanan yang personal dan customized. Inilah yang bisnis Start-up tidak mampu lakukan karena mereka harus melayani sejuta umat yang tentu hanya bisa dilayani dengan “robot”. Kekuatan tim internal Anda yang sudah lama mengenal dan paham perilaku pelanggan, adalah modal utama untuk melakukan serangan balik kepada bisnis Start-up.